Idealisme Entitas yang Berseteru dan Terbelenggu



Berkaitan dengan kenyamanan, yang selama ini kerap aku dendangkan baik pribadi maupun dalam sapulidi. Kenyamanan dengan nikmatnya sami’na wa atho’na terbelenggu dalam status quo yang individualistis. Kenyamanan dengan tegas menolak status quo yang memang salah (pantas disalahkan), saking tegasnya sampai-sampai menolak bergabung dengan sang status quo. Kenyamanan dengan “sok idealis”, mengikuti saja arah air mengalir, tetap mengikuti permainan dengan sang berkuasa (bukan sang penguasa), namun berhasrat kembali menggoyang kekuasaannya. Kenyamanan yang entah apalagi namanya.

Untuk saudara-saudaraku, embrio-embrio yang sedang diseleksi oleh alam. Jangan lupakan kita pernah punya niat bersama (yang sama). Ketika kita pernah sangat marah jika ada yang bilang kita menjual ayat-ayatNya. Ketika kita mulai beradu mata dan kepala. Ketika kita sama-sama bangga dengan titel peserta program unggulan. Ketika kita sama-sama ceria dengan angka-angka imajiner. Ketika kita sama-sama nelangsa dengan kenyataan ditelantarkan. Ketika kita kemudian sama-sama gila bersms ria hanya untuk mengabarkan “DIJUAL 5000 RUPIAH”. Ketika kita sama-sama. Yah, memang seharusnya kita adalah sama, sama-sama, dan selalu bersama.


Ingat. Kita bukan sekedar sperma yang berebut ovum untuk menjadi makhluk sempurna. Yang dari jutaan sperma atau dari 27 kita, hanya ada 1 yang berhasil. Seleksi ini terjadi di saat kita sudah terbaptis dalam tujuan kita, bukanlah program yang membungkus. Masa bodoh dengan program itu.

Terima kasih untuk saudara-saudaraku yang masih merasa memiliki libido tinggi untuk benar-benar bermain.

0 komentar: